Mungkin beberapa dari Royaltea pernah mendengar tentang novel berjudul Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982. Novel ini langsung menjadi best seller ketika pertama kali diterbitkan di Indonesia. Orang-orang langsung berbondong-bondong untuk membeli novel ini, termasuk juga aku.
Dan setelah membaca novel ini sampai selesai, aku bisa mengatakan bahwa novel ini merupakan salah satu karya fiksi yang terbaik. Aku sangat suka dengan novel ini sampai aku membaca ulang lebih dari lima kali.
Sumber Gambar : mbook.interpark.com |
Irene pun langsung mendapat kecaman, banyak fans maupun non-fans membakar foto Irene dan melakukan boikot pada merchandise dirinya. Selain Irene, aktris yang memerankan tokoh Kim Ji-Yeong dalam film adaptasi dari novel ini juga ikut mendapat kecaman dan hujatan dari para netizen yang ada di Korea Selatan.
Sumber Gambar : Google |
Tapi, terlepas dari semua kontroversi itu, buku ini sangat menarik untuk dibaca, karena sebagai perempuan, jujur saja pasti bisa mengerti dengan baik apa yang terjadi dan bagaimana perasaan yang dirasakan oleh Kim Ji-Yeong ini.
Identitas Buku
Penulis : Choi Nam-Joo
Tahun Terbit : 2019
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit : Jakarta
Jumlah Halaman : 192 halaman
Cuplikan dari novel Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982
Buku ini menceritakan perjalanan hidup seorang wanita bernama Kim Ji-Yeong yang mengalami banyak kesulitan dalam hidupnya. Kim Ji-Yeong yang lahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, ia memiliki seorang kakak perempuan yang dua tahun lebih tua darinya dan adik laki-laki yang lima tahun lebih muda darinya.
Sejak kecil Ji-Yeong dan kakak perempuannya sering mendapatkan perlakuan diskriminatif karena gender mereka. Nenek Ji-Yeong memperlakukan mereka berbeda dari bagaimana ia memperlakukan adik laki-lakinya. Kemudian perlakuan diskriminatif itu terus berlanjut hingga Kim Ji-Yeong beranjak remaja dan dewasa.
Saat Kim Ji-Yeong duduk di bangku sekolah dasar, ia harus menghadapi kenakalan anak laki-laki. Anak lelaki yang duduk di bangku sebelah Kim Ji-Yeong suka menjahilinya. Ia sering meminjam peralatan sekolah Ji-Yeong namun tak pernah mengembalikannya. Ketika Ji-Yeong melaporkannya pada ibu dan kakaknya untuk meminta solusi, kakaknya berkata pada Kim Ji-Yeong untuk mengabaikannya karena anak lelaki memang kekanakan.
Sementara ibunya memarahi Kim Ji-Yeong yang menangis karena candaan teman-temannya. Pada waktu makan siang, Kim Ji-Yeong tengah mengantre diantara anak-anak yang lain. Kim Ji-Yeong mendapat nomor urut tiga puluh dari empat puluh sembilan siswa. Dimana pembagiannya adalah anak lelaki mendapatkan nomor urut satu sampai dua puluh tujuh, sementara anak perempuan mendapat nomor urut dua puluh delapan sampai empat puluh sembilan, dan diurutkan berdasarkan tanggal lahir.
Anak perempuan yang mendapat giliran setelah dirinya baru bias makan jika anak-anak sebelumnya selesai lebih cepat. Namun, anak-anak perempuan itu sering diomeli karena lambat.
Hingga Kim Ji-Yeong beranjak dewasa dan memasuki bangku kuliah, perlakuan seperti itu bukanlah hal baru baginya. Ji-Yeong mulai bersiap-siap untuk mencari lowongan pekerjaan pada tahun ketiga di bangku kuliahnya. Ia mengambil berbagai kursus untuk meningkatkan nilainya. Kim Ji-Yeong bertemu dengan mahasiswi yang satu jurusan dengannya bernama Yoo Hye-Jin. Dibandingkan dengan Kim Ji-Yeong, Yoo Hye-Jin memiliki nilai yang lebih tinggi. Namun, ia lebih pesimis dari Ji-Yeong. Ia bahkan tidak yakin apakah dirinya bias diterima di perusahaan kecil.
Para perusahaan yang membuka lowongan untuk jurusan mereka kebanyakan meminta surat rekomendasi dari pihak fakultas atau dosen, tetapi yang diberikan rekomendasi selalu laki-laki. Ketika Kim Ji-Yeong akhirnya mulai bekerja ia dihadapkan dengan perlakuan tidak menyenangkan lainnya dari rekan-rekan laki-lakinya. Ia juga ditampar oleh kenyataan tentang perbedaan penghasilan antara pegawai laki-laki dan perempuan. Kim Ji-Yeong merupakan pegawai teladan yang selalu mengerjakan tugasnya dengan baik. Namun, ia tidak pernah mendapatkan promosi, justru rekan-rekan laki-lakinya lah yang dipromosikan.
Kemudian beberapa waktupun berlalu. Kim Ji-Yeong bertemu dengan pria yang baik bernama Jeong Dae-Hyeon dan mereka berduapun menikah. Keluarga kecil mereka dianugerahi putri kecil yang diberi nama Jeong Ji-Won. Setelah memiliki anak, Ji-Yeong harus merelakan cita-cita dan impiannya untuk bekerja karena ia harus mengurus anak. Disinilah titik balik kehidupan Ji-Yeon terjadi. Ji-Yeon mengalami depresi dan perlahan-lahan kehilangan dirinya sendiri, tetapi suami, keluarga, serta teman-teman Ji-Yeon yang selalu berada disebelahnya selalu membantu Ji-Yeon untuk berjuang melawan depresinya.
Sejak kecil Ji-Yeong dan kakak perempuannya sering mendapatkan perlakuan diskriminatif karena gender mereka. Nenek Ji-Yeong memperlakukan mereka berbeda dari bagaimana ia memperlakukan adik laki-lakinya. Kemudian perlakuan diskriminatif itu terus berlanjut hingga Kim Ji-Yeong beranjak remaja dan dewasa.
Saat Kim Ji-Yeong duduk di bangku sekolah dasar, ia harus menghadapi kenakalan anak laki-laki. Anak lelaki yang duduk di bangku sebelah Kim Ji-Yeong suka menjahilinya. Ia sering meminjam peralatan sekolah Ji-Yeong namun tak pernah mengembalikannya. Ketika Ji-Yeong melaporkannya pada ibu dan kakaknya untuk meminta solusi, kakaknya berkata pada Kim Ji-Yeong untuk mengabaikannya karena anak lelaki memang kekanakan.
Sementara ibunya memarahi Kim Ji-Yeong yang menangis karena candaan teman-temannya. Pada waktu makan siang, Kim Ji-Yeong tengah mengantre diantara anak-anak yang lain. Kim Ji-Yeong mendapat nomor urut tiga puluh dari empat puluh sembilan siswa. Dimana pembagiannya adalah anak lelaki mendapatkan nomor urut satu sampai dua puluh tujuh, sementara anak perempuan mendapat nomor urut dua puluh delapan sampai empat puluh sembilan, dan diurutkan berdasarkan tanggal lahir.
Anak perempuan yang mendapat giliran setelah dirinya baru bias makan jika anak-anak sebelumnya selesai lebih cepat. Namun, anak-anak perempuan itu sering diomeli karena lambat.
Hingga Kim Ji-Yeong beranjak dewasa dan memasuki bangku kuliah, perlakuan seperti itu bukanlah hal baru baginya. Ji-Yeong mulai bersiap-siap untuk mencari lowongan pekerjaan pada tahun ketiga di bangku kuliahnya. Ia mengambil berbagai kursus untuk meningkatkan nilainya. Kim Ji-Yeong bertemu dengan mahasiswi yang satu jurusan dengannya bernama Yoo Hye-Jin. Dibandingkan dengan Kim Ji-Yeong, Yoo Hye-Jin memiliki nilai yang lebih tinggi. Namun, ia lebih pesimis dari Ji-Yeong. Ia bahkan tidak yakin apakah dirinya bias diterima di perusahaan kecil.
Para perusahaan yang membuka lowongan untuk jurusan mereka kebanyakan meminta surat rekomendasi dari pihak fakultas atau dosen, tetapi yang diberikan rekomendasi selalu laki-laki. Ketika Kim Ji-Yeong akhirnya mulai bekerja ia dihadapkan dengan perlakuan tidak menyenangkan lainnya dari rekan-rekan laki-lakinya. Ia juga ditampar oleh kenyataan tentang perbedaan penghasilan antara pegawai laki-laki dan perempuan. Kim Ji-Yeong merupakan pegawai teladan yang selalu mengerjakan tugasnya dengan baik. Namun, ia tidak pernah mendapatkan promosi, justru rekan-rekan laki-lakinya lah yang dipromosikan.
Kemudian beberapa waktupun berlalu. Kim Ji-Yeong bertemu dengan pria yang baik bernama Jeong Dae-Hyeon dan mereka berduapun menikah. Keluarga kecil mereka dianugerahi putri kecil yang diberi nama Jeong Ji-Won. Setelah memiliki anak, Ji-Yeong harus merelakan cita-cita dan impiannya untuk bekerja karena ia harus mengurus anak. Disinilah titik balik kehidupan Ji-Yeon terjadi. Ji-Yeon mengalami depresi dan perlahan-lahan kehilangan dirinya sendiri, tetapi suami, keluarga, serta teman-teman Ji-Yeon yang selalu berada disebelahnya selalu membantu Ji-Yeon untuk berjuang melawan depresinya.
Hal Yang Kusuka Dari Novel Ini
Hal Yang Kurang Aku Sukai Dari Novel Ini
Nah, itulah tadi sedikit ulasan dariku mengenai novel Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 ini. Overall aku bener-bener suka dengan novel ini, dan aku juga sangat merekomendasikan Royaltea semua untuk membaca novel ini. Karena novel ini bukan hanya relateable bagi perempuan, tetapi juga untuk laki-laki juga novel ini akan memberikan insight baru tentang kehidupan sosial kita di real life.
Akhir kata, sampai jumpa lagi di postinganku selanjutnya! Bye~
Because girls are strong... 💪
BalasHapusAku nonton setelah membaca, jadi bisa lebih memahami lebih,,
BalasHapusaku salut sama ibunya kim ji
Teman-temanku banyak yang bilang novel ini bagus, recomended, dan aku belum baca. Duuh, makin penasaran nih baca reviewnya mbak di sini
BalasHapusUdah nonton filmya, tapi kok lupa ya kalau jalan ceritanya begini...heheheh
BalasHapusBerarti masih lebih mending di Indonesia ya?
Alhamdulillah