ACupOfReality

Cara Menjadi Assertive Saat Komunikasi Sehari-hari

 

cara menjadi assertive

Kata assertive mungkin masih sangat asing di telinga kita. Padahal, menjadi assertive itu penting banget, lho, dalam kehidupan kita sehari-hari lebih tepatnya saat proses komunikasi berlangsung. Banyak orang yang masih belum sadar akan pentingnya sikap assertive ini. Apakah Royaltea termasuk dalam salah satunya? Pas banget, di postingan kali ini aku akan membahas seputar assertiveness. Kalau penasaran simak sampai habis, ya!

Apa yang Dimaksud Dengan Menjadi Assertive?


Assertive atau assertiveness adalah salah satu bentuk dari komunikasi di mana kita bisa mengekspresikan diri kita dengan tetap menghormati baik itu diri kita sendiri maupun orang lain. Assertive berbeda dengan komunikasi yang pasif atau komunikasi yang agresif, yang mana dua komunikasi ini terjadi saat kita tidak menghormati diri kita sendiri atau kita tidak menghormati orang lain.

Jika kita bersikap tidak assertive, hal ini akan merusak kesejahteraan diri kita dan juga akan merusak kepercayaan diri kita dan membuatnya jatuh hingga titik yang rendah. Bersikap tidak assertive akan membuat kita memiliki perasaan tertekan atau bahkan membuat kuta tidak pernah merasa relax karena penuh dengan kebencian.

Banyak orang mengira kita lahir tanpa kemampuan bersikap assertive, tetapi sebenarnya kita ini terlahir sebagai pribadi yang assertive. Coba ingat-ingat lagi sewaktu kita masih bayi, kita tidak memendam perasaan apapun. Kita mengekspresikan diri kita semau kita. Saat bayi lapar, mereka tidak akan menahannya. Sebaliknya, mereka akan menangis sebagai perwujudan rasa laparnya dan berharap orang dewasa akan memberinya makan.

Kita secara bertahap membangun sikap tidak assertive ini seiring waktu kita tumbuh besar dan berinteraksi dengan lingkungan kita.

kenapa kita berhenti bersikap assertive?

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kita Berhenti Bersikap Assertive


Ada banyak hal yang bisa menyebabkan kita membentuk sikap yang tidak assertive, tapi kali ini aku hanya akan membagikan tiga faktor, yaitu:

1. Miskomunikasi.


Terkadang, sulit bagi kita untuk mengenali sikap assertive ini. Dan terkadang kita sering kesulitan untuk membedakan antara sikap pasif, agresif, dan assertive dalam komunikasi. Terkadang kita bisa salah mengira sikap pasif sebagai bentuk kesopanan, atau salah mengira sikap assertive sebagai bentuk komunikasi yang agresif.

Lalu, sebenarnya apa bedanya dari ketiga bentuk komunikasi ini? Perbedaannya adalah, komunikasi yang pasif adalah saat kita meletakkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan kita sendiri.

Komunikasi pasif ditandai dengan bertele-tele saat sedang berbicara, ragu-ragu saat ingin menyampaikan pendapat, dan menggunakan suara yang sangat kecil saat berbicara. Karena merasa gugup, sering kali orang yang memiliki sikap komunikasi pasif menghindari eye contact, berpostur membungkuk, atau menggigit bibir saat berkomunikasi. Orang yang berkomunikasi secara pasif tidak pernah mengekspresikan dirinya sendiri dan seringkali mengabaikan perasaanya sendiri.

Kebalikannya, orang yang selalu menempatkan keinginannya di atas keinginan orang lain akan menjadi pribadi yang dingin, keras, atau kasar, karena orang ini senantiasa menjaga jaraknya. Orang yang agresif sering melotot atau masuk ke dalam personal space seseorang secara paksa tanpa diundang. Orang yang agresif juga terkadang mengepalkan tangannya saat sedang berbicara untuk menahan kemarahannya.

Tujuan kita adalah untuk membangun sikap yang berada di antara pasif dan agresif, tetapi bukan sikap pasif-agresif yang kita inginkan. Pasif-agresif adalah bentuk lain dari sikap yang tidak assertive. Pasif-agresif adalah ketika kita secara agresif berkomunikasi tapi dalam bentuk yang pasif. Secara verbal mungkin kita akan lebih sarcastic atau merendahkan, dan saat komunikasi tidak langsung kita mungkin akan membanting pintu dengan keras.

Pasif-agresif bukanlah yang kita inginkan. Yang kita inginkan adalah sebuah sikap dalam komunikasi di mana kita bisa mengekspresikan keinginan kita sendiri dengan tetap menghargai keinginan orang lain.

Coba bayangkan situasi begini. Royaltea tengah mengantre di depan ATM untuk mengambil uang. Namun, tiba-tiba seseorang menyalip barisan dan berdiri di depan Royaltea. Coba pikirkan, kira-kira apa yang akan Royaltea lakukan?

Jika Royaltea menyikapinya dengan sikap yang pasif, maka besar kemungkinan Royaltea hanya akan diam, menunduk, dan berpura-pura tidak melihatnya. Jika Royaltea menyikapinya dengan sikap yang agresif, Royaltea mungkin akan menepuk pundak orang itu dan berteriak, "woy! Gak liat apa di sini banyak orang yang ngantre! Jangan nyerobot, dong!"

Namun, ketika Royaltea menyikapi situasi ini dengan sikap yang assertive, maka mungkin Royaltea akan menepuk pundak orang itu dengan pelan kemudian berkata dengan suara yang jernih dan tenang, "maaf mas/mbak. Di sini ada antreannya." Daripada menampilkan sikap yang ragu-ragu atau bahkan kasar, berbicaralah dengan lancar dan tulus menggunakan suara yang tenang. Daripada bersikap anxious atau bersikap siap untuk menyerang, lebih baik bersikap santai.

2. Kepercayaan yang tidak sehat.


Kepercayaan yang tidak sehat ini terbentuk seiring kita tumbuh dan berkembang. Misalnya, ada seorang anak yang masih kecil tumbuh di lingkungan di mana dia belajar bahwa kesedihan hendaknya janganlah ditunjukkan, maka kemungkinan besar anak itu akan terus percaya akan hal itu selama hidupnya.

Inilah yang disebut dengan kepercayaan yang tidak sehat. Karena kepercayaan ini membuat kita tidak menghormati diri sendiri dan juga orang lain. Kepercayaan yang seperti ini membuat kita berpikir bahwa, "perasaanku tidaklah lebih penting dari perasaan orang lain," atau "jika aku mengekspresikan perasaanku maka orang-orang akan membenciku," atau bentuk lainnya adalah, "menolak permintaan seseorang adalah hal yang kasar."

3. Sikap yang tidak sehat.


Dari kepercayaan yang tidak sehat yang sudah mengakar kuat dalam pikiran seseorang, maka hal itu akan termanifestasi dalam sikapnya sehari-hari. Jika anak yang tumbuh dengan memiliki pandangan bahwa perasaan sedihnya tidak boleh ditunjukkan tentu saja ia akan melakukan hal itu. Karena dia sering mendapat pujian sebagai anak yang kuat karena tidak mengekspresikan kesedihannya, maka sang anak akan terus melakukan sikapnya itu.

Sikap yang tidak sehat ini mungkin ada manfaatnya. Namun, seiring berjalannya waktu, anak itu pun tumbuh dewasa. Dan perasaan-perasaan yang telah ditahannya selama ini mungkin saja akan meledak sewaktu-waktu bak balon sabun yang pecah.

cara menghormati orang lain dan diri sendiri

Bagaimana Cara Untuk Bersikap Menghormati Diri Sendiri dan Orang Lain?


Mungkin akan sedikit sulit untuk mengganti kepercayaan yang sudah tertanam dalam pikiran kita, tapi hal itu bukanlah hal yang mustahil. Coba bayangkan Royaltea ada dalam situasi ini. Royaltea percaya bahwa menolak permintaan seseorang adalah hal yang kasar, maka sesibuk apapun Royaltea hari minggu ini, Royaltea mengiyakan permintaan seorang teman yang meminta ditemani untuk berbelanja perabotan rumah.

Namun, Royaltea ada deadline yang harus benar-benar diselesaikan pada hari yang sama saat teman meminta ditemani untuk berbelanja. Tapi Royaltea berpikir bahwa membatalkan janji di saat-saat terakhir itu tidak sopan. Lalu apa yang akan Royaltea lakukan?

Untuk bisa bersikap assertive di situasi seperti ini, pertama-tama Royaltea harus bertanya pada diri sendiri, apakah Royaltea menghormati kebutuhan diri Royaltea sendiri? Walaupun Royaltea sangat ingin membantu teman yang ingin berbelanja, tetapi Royaltea harus menyelesaikan tugas itu karena banyak orang yang memepercayai Royaltea untuk menyelesaikannya.

Royaltea pasti ingin menghindari konflik, tetapi Royaltea harus tau, jika Royaltea memilih untuk menemani teman berbelanja dan memgabaikan tugas Royaltea, maka kemungkinan Royaltea akan membentuk rasa benci terhadap teman Royaltea di kemudian hari.

Setelah itu, cobalah tanya pertanyaan lagi. Apakah Royaltea menghormati kebutuhan orang lain? Temanmu memang butuh bantuan untuk belanja perabotan, dan Royaltea juga sudah menyetujuinya. Walaupun Royaltea merasa tidak enak untuk membatalkan janji Royaltea sendiri, tapi mungkin di hari selanjutnya Royaltea bisa membantunya berbelanja. Jadi lebih baik Royaltea bicara pada temanmu dan jelaskan situasi yang Royaltea hadapi. Lalu tawarkan juga pada temab bahwa Royaltea bisa membantunya di hari lain. Dengan melakukan hal ini, Royaltea sudah bersikap assertive karena Royaltea menghormati kebutuhan diri sendiri dan juga orang lain.



Nah, itu dia pembahasan tentang menjadi assertive. Semoga bisa membantu Royaltea semua, ya!
Akhir kata, sampai jumpa lagi di postinganku selanjutnya! Bye~


Referensi : Assertiveness from Intellect
Mulya Riza Rahmawati
A writer and a blogger who loves to learn more about history and philosophy.

Related Posts

3 komentar

  1. Sangat menarik pembahasannya😀. Jadi belajar banyak tentang assertive, terimakasih atas sharingnyaa

    BalasHapus
  2. dulu aku juga gitu, misalnya aku pun ada agenda penting tapi udah terlanjur janji sama orang. kadang aku penuhi janji,

    kalau sekarang alhamdulillah sudah berani menolak karena memang aku ada hal yang penting juga

    BalasHapus
  3. Berasa makin nambah ilmunya nih kalau sering-sering berkunjung ke blog mbak Mulya😊😊

    BalasHapus

Posting Komentar