ACupOfReality

Tips Memperbaiki Diri Menurut Ajaran Confusius

 

Tips mengupgrade diri


Self-improvement rupanya sudah digaungkan sejak lama. Bahkan, sejak jaman sejarah. Comfusius, salah satu filsuf terkenal dari Negeri Tirai Bambu ini juga secara tidak langsung sudah mulai mengajari cara menjadi sosok diri yang lebih baik lagi. Pada postingan kali ini, aku akan membagikan tips bagaimana cara menjadi versi yang lebih baik dari diri kita menurut ajaran dari Confusius.

Tapi sebelum kita masuk pada cara mengupgrade diri menurut ajaran confusius, ada baiknya kita berkenalan dulu dengan sosok hebat asal Negeri China yang dikenal dengan nama Confusius ini.

Berkenalan Singkat Dengan Confusius

Siapa Itu Confusius?


Dilansir dari laman wikipedia, Confusius, atau yang bernama asli Kong Hu Cu ini merupakan seorang guru dan orang bijak dari Negeri Tionghoa. Ajaran beliau menjadi pondasi dari kehidupan sosial masyarakat Tionghoa sampai hari ini. Karena kecerdasan dan kebijakannya, Confusius ini pada masa mudanya menjabat sebagai seorang menteri dari Dinasti Zhou.

Dalam sejarah China, Confusius digambarkan sebagai seorang guru, penasehat, dan juga filsuf. Pemikiran-pemikiran Confusius banyak diteladani dan diterapkan di berbagai negara di Asia Timur, khusunya China, Korea Selatan, Hongkong, Taiwan, dan lainnya.

Ajaran-ajaran Confusius ini senantiasa disebarkan oleh para muridnya yang kagum dan cinta kepadanya. Sampai akhirnya Confusius, yang dulunya dikenal dengan sebutan Kongzi yang berarti Guru Kong, mendapat julukan sebagai great sage Confusius.

Aku sendiri pernah menonton film tentang Confusius ini, dan harus kuakui Confusius ini memang pantas disebut sebagai orang hebat yang sangat bijak. Confusius selalu bersikap tenang dalam menghadapi semua masalah yang menimpanya. Ia selalu berpikir dengan kepala dingin untuk menemukan solusi dari masalahnya. Itulah mengapa seluruh murid-muridnya sangat percaya kepadanya. Mereka rela meninggalkan semua harta benda mereka untuk mengikuti Confusius.

Sejujurnya aku mulai mengenal sosok Confusius ini sejak menonton drama Korea yang berlatar sejarah atau yang biasa disebut Saeguk. Korea pada jaman dulu menganut ajaran Confusius sebagai pondasi kehidupan mereka, biasa dikenal juga dengan nama Confusianisme.


Setelah memasuki liburan, aku berkesempatan untuk mengikuti online course yang bisa diakses secara gratis yang disediakan oleh Edx bertajuk The Path of Happiness : What Chinese Philosophy Teaches Us about the Good Life. Online course ini sangat ini benar-benar menarik dan sangat membuka wawasan, terutama wawasan diriku sendiri. Untuk itulah aku ingin membagi ilmu yang kudapat ini kepada Royaltea semua karena siapa tahu ilmu ini akan sangat berguna bagi Royaltea semua.

Tips Memperbaiki Diri Menurut Ajaran Confusius

Tips Memperbaiki Diri Menurut Ajaran Confusius


To become good you must overcome the self by submitting yourself to ritual.


Itulah sepenggal kutipan yang kuambil dari ajaran Confusius yang dirangkum oleh Edx dalam Online Coursenya.

Confusius menyederhanakan pemikirannya ke dalam beberapa sub, yaitu ritual, kebenaran, cinta kasih, kebijaksanaan, dan kepercayaan. Dalam postingan kali ini akan membahas tentang bagaimana ‘ritual’ dapat merubah kita menjadi lebih baik.

Melalui course ini aku jadi mengerti bahwa sebenarnya manusia lahir itu dalam keadaan kacau, dan hidup dalam keadaan kacau pula. Namun, kekacauan ini bisa menjadi teratur dengan adanya ritual.

Ajaran Confusius memang sangat menekankan tentang ritual, seperti ritual persembahan kepada leluhur, ritual yang dilakukan oleh anak kepada orang tuanya, atau ritual seseorang kepada temannya. Namun, ritual disini konteksnya sangat luas. Tidak hanya terbatas pada pengertian kegiatan keibadahan suatu agama.

Menurut Confusius, kita melakukan ritual untuk leluhur adalah dengan cara memberikan persembahan. Jika persembahan kita diterima oleh leluhur maka mereka senang dan akan membantu kita. Tap jika tidak, mereka akan marah dan memberikan bencana untuk kita. Salah seorang muridnya bertanya pada Confusius, “apakah arwah para leluhur itu ada?” Confusius menjawab, “saya tidak yakin tentang itu. Tapi jika kamu melakukan ritual, kamu harus melakukannya seolah-olah para arwah itu memang ada.”

Dari sini kita bisa tahu, Confusius melakukan ritual itu bukan karena apakah para arwah itu memang ada dan apakah para arwah itu akan memberikan keuntungan pada dirinya atau tidak. Tapi tujuan utama Confusius adalah kestabilan emosional.

Seorang anak yang baru saja kehilangan orang tuanya tentu akan sangat merasa sedih, kecewa, dan marah. Ia tidak bisa menerima kepergian orang tuanya. Namun, ketika ia melakukan ritual untuk orang tuanya (dalam hal ini orang tuanya bertindak sebagai leluhur) tentu saja sang anak harus bertindak dsebagai keturunan yang baik, yaitu dengan cara melakukan persembahan dengan baik dari awal sampai akhir.

Dan untuk melakukan hal itu, tentu sang anak harus melupakan sejenak emosi-emosi yang ada dalam dirinya seperti sedih, kecewa, dan marah. Dia juga harus melupakan sejenak peran dirinya sebagai seorang anak dan mulai menjalankan perannya sebagai seorang keturunan yang harus melakukan persembahan. Hal ini tentunya akan membuat sang anak mencapai kestabilan emosi. Dia tidak lagi merasa sedih hingga menangis meraung-raung (walaupun hanya sesaat).

Namun, disaat seperti inilah pandangannya terbuka. Ia melihat sanak saudaranya yang lain juga berduka cita namun mereka bisa mengatasi kesedihan mereka. Lalu sang anak dan keluarganya yang lain akan saling menguatkan satu sama lain. Mereka akan mencoba untuk saling mengerti satu sama lain.

Inilah apa yang coba ditekankan oleh Confusius. Bahwa dengan menciptakan ‘ruang ritual’ milik kita sendiri, kita bisa mengendalikan diri kita secara emosional dan mulai membuka cakrawala kita terhadap orang lain dan situasi yang kita hadapi. Dan mulai memandang dengan kaca mata berbeda sehingga kita bisa mencapai kestabilan.

Tentunya ‘ruang ritual’ ini bisa diterapkan dalam berbagai situasi yang kita hadapi. Ketika misalnya, Royaltea sedang berselisih paham dengan pasangan Royaltea, cobalah tenangkan diri Royaltea sejenak dan buat ‘ruang ritual’ dengan pasangan Royaltea. Lupakan emosi, permasalahan, dan peran Royaltea sebagai pasangannya dan masuki ‘ruang ritual’ itu sebagai sosok baru yang bersih. Lalu selanjutnya, cobalah menjadi peran yang berbeda seperti menjadi teman dari pasangan Royaltea. Katakan apa isi hati Royaltea dan tanyakan apa yang ia rasakan. Setelah itu Royaltea dan pasangan Royaltea akan mencapai apa yang disebut dengan kestabilan emosional. Royaltea dan pasangan akan saling mengerti satu sama lain dan bisa menyelesaikan permasalahan yang Royaltea hadapi.


Nah, itu dia materi singkat yang bisa kutulis tentang ajaran Confusius untuk meningkatkan kualitas diri. Semoga mudah dipahami dan bermanfaat bagi Royaltea semua.

Akhir kata, sampai jumpa lagi di postinganku selanjutnya! Bye~
Mulya Riza Rahmawati
A writer and a blogger who loves to learn more about history and philosophy.

Related Posts

1 komentar

  1. Seperti self-love. Kita harus mencintai diri sendiri dulu, kita harus bahagia, termasuk kita harus stabil secara emosional supaya kita bisa berbagi ke orang sekitar. Baru tahu ada Confusius. Terima kasih Mbak Mulya untuk sharingnya. Terima kasih juga untuk related postnya. 😊

    BalasHapus

Posting Komentar